erfanto andresd : cerpen terindah

salam teman-temanku,ada cerita cerpen baru ini buat kamu yang merasa bersalah kepada orang tuamu Inilah cerpennya selamat membaca

                               ..... . SAAT TERAKHIR,,, KATA MAAF TERAKHIR.. 

 Hidup memang tidak diketahui titik akhir,kapan hidup ini berakhir. Beginilah hidup, hanya Tuhanlah yang tahu kapan hidup ini berakhir. Andai takan ada perpisahan, aku tidak mungkin mengorbankan nyawaku demi keutuhan keluargaku. Ayahku meninggal dunia saat usiaku beranjak 10 tahun. Waktu itu keadaan keluarga kami sedang tak karuan. Kedua adikku masih kecil dan keadaan ibu yang sering sakit-sakitan membuat keluarga kami perlu dibelas kasihani. Kami tak punya sesuatu yang lebih berharga.Mungkin gubuk tua inilah satu-satunya harta kami tempat kami berteduh dari curahan hujan dan terpahan panas. Matahari baru saja memancarkan sinarnya. Aku dikejutkan dengan sebuah berita yang tragis tentang kehilangan sang adik. Dalam hatiku muncul sejuta tanya,,kemana adikku?? Apakah mereka diculik?? Dengan cuaca yang tidak bersahabat dengan alamku,ibuku memberanikan diri untuk mencari kedua adikku . Dengan beralaskan daun pisang aku dan ibuku pergi walaupun halilintar turun bagai peluru dan curah hujan yang tinggi tidak menurukan semangat kami untuk terus mencari kedua adikku disela-sela keheningan yang membungkam aku dan ibuku dalam curahan hujan. Kami menemukan kedua adikku sedang mengintip di sebuah jendela sekolah dasar. Aku tak tega melihat nasib kedua adikku. Tanpa pikir panjang,aku memutuskan untuk bekerja dan membiayai kedua adikku hingga menjadi orang terpandang. Sekalipun nyawaku yang menjadi taruhannya,aku tak akan takut. Hidupku berubah drastis saat aku menjadi seorang teroris. Semua kebiasaanku,aku tinggalkan begitu saja termasuk untuk mengenal Tuhan. Bukan karena apa-apanya,tetapi ada apa dengan diriku sehingga aku merasa tidak pantas masuk ke dalam rumah Tuhan. Aku hanya bisa mengantar ibuku dan menunggunya diluar karena bagiku aku hanyalah manusia hina. 25 tahun kemudian,tak terasa waktu berlalu begitu cepat dan bergulir begitu saja. Aku telah membuktikan kepada keluargaku kalau aku berhasil. Rumah yang kami idamkan dan semua asset mol sudah menjadi milik kami. Kebahagiaan semakin bertambah ketika mendengar berita kedua adikku akan kembali dan tinggal bersama kami. Bagaikan sayap burung yang patah,kini telah tersambung kembali. Kedua adikku telah kembali, dan sudah menjadi orang terpandang. Adik perempuanku telah menjadi guru dan adik laki -laki telah menjadi polisi. Rasa takut dalam hatiku mulai muncul. Aku hanya tersenyum berusaha menutupi ketakutanku. Dalam hatiku aku bertanya mengapa harus adikku yang menjadi musuhku?? Lamunanku dikejutkan oleh suara ibu yang menyambar. " Kenapa kamu terdiam " kata ibuku. Tanpa pikir panjang aku pergi meninggalkan mereka. Rasa kecemasan dalam hatiku semakin terlihat,namun tanpa kusadari adikku yang polisi menghampiriku, "kenapa kakak terdiam? Sekarang aku telah diresmikan menjadi pembela Negara. Aku akan menangkap siapa saja yang melanggar hukum termasuk kakakku sendiri. Simpan saja leluconmu itu,aku tidak butuh semuanya itu ,kataku sambil mencoba untuk tersenyum. Kemudian, ibuku datang dan menghampiri "kenapa tingkahmu berubah seperti itu apakah kamu tidak senang jika adikmu menjadi polisi?sebenarnya ada apa dengan dirimu? "jawab ku" aku merasa dunia ini tidak adil. Bertahun-tahun aku hidup bersama ibu tetapi ibu tidak memperlakukan aku seistimewa itu. Sambil berpaling ibu menjawab,"anakku segala kepunyaan ibu adalah kepunyaanmu ". Kemudiaan kata-kata ibu disambar olehku "selama ini aku merasa bahwa ibu tidak pernah adil kepadaku. Ibu tidak pernah mengurusku, ibu kejam !!". Sembari tanganku menampar ibu,namun tanganku dihalangi oleh sang adik yang kemudian membawaku pergi menenangkan diri. Senja berubah menjadi merah kelabu. Ternyata sekelompok polisi telah mengetahui tempat persembunyianku sekarang betapa terkejutnya adikku dan sang ibu hingga mereka menjadi shok. Tanpa berpikir panjang aku langsung menodongkan pistol kearah ibu dan mengancam ibu agar tidak memberitahukan keberadaanku. Kemudian aku pergi untuk menyelamatkan diri ke tempat yang asing. Hari telah berlalu begitu saja, entah mimpi apa aku semalam ternyata tempat persembunyianku telah diketahui oleh polisi,aku terkejut dan melarikan diri kemudian mengasingkan diri ke tempat yang jauh. Dalam hatiku teringat tentang hari ulang tahun ibuku. Cepat- cepat aku menelepon ibuku untuk menyuruhnya menungguiku di gereja. Aku ingin bertemu dan memberikan kado terindah untuk ibuku. Mentari yang baru saja pulang dari liburannya,aku segera berangkat menuju gereja tuk bertemu ibu. Namun keberangkatanku diketahui polisi, aku berlari sebisa mungkin namun sepandai -pandainya aku berlari pasti akan tertangkap.Kaki kananku tertembus sebuah peluru yang mematikan. Aku terjatuh,namun aku kembali bangkit dan berlari. Kemudian,tangan kananku terkena hantaman peluru.Begitupun juga dengan perutku. Namun aku tak patah semangat untuk terus berlari . Akhirnya aku sampai di depan gereja, aku terjatuh kembali dan kini tak dapat berdiri lagi. Dengan sisa tenaga yang ada,aku merangkak masuk ke dalam gereja,tetapi masih saja segerombolan polisi membuntutiku dari belakang. Akhirnya aku mendapati ibuku sambil ku tidur dipangkuan ibuku aku berkata "ibu,,aku sayang ibu ,sampai kapanpun ibu takkan pernah tergantikan oleh siapapun". Ibuku tersenyum sambil berkata "ibu lebih mencintaimu karena bagi ibu, kamu adalah permata hati ibu". Kataku, "ibu, aku telah berdosa terhadap Bapak,dan terhadap ibu. Aku tidak pantas lagi disebut anak ibu" . Ibu berkata lagi " anakku,mulai hari ini,bapak dan ibu memaafkanmu". Kataku lagi, " ibu aku lelah,bolehkah aku merayu ibu?? Aku ingin berbaring di pangkuanmu dan ingin kupertanyakan,mengapa diluar sana tidak kutemukan keikhlasan seperti keikhlasanmu kepadaku?? Ibu peluk aku sebentar saja aku lelah hadapi semua ini. Ibu.....aku kedinginan, hangatkan aku dengan pelukanmu. Genggam tanganku yang hina ini. Ibu....tolong jangan tinggalkan aku. Aku takut sendirian. Ibu... ibu dimana? Ibuu.... Kenapa semuanya menjadi gelap? Ibu.... aku takut,peluk aku ibu,. Seketika itu juga keadaan berubah menjadi keheningan. Kataku "turunlah senjata kalian ini, ini urusan keluarga kami." Sambil tersenyum aku menghembuskan nafas terakhir. Inilah akhir hidupku,yang telah dituliskan oleh Tuhan. Tuhan itu maha adil, sepasti fajar yang terbit di pagi hari, begitu pula janji Tuhan. Dan aku percaya pada setiap janji Tuhan bahwa semua akan abadi pada waktunya....

Komentar